Senin, 03 Desember 2012


PERTEMUAN III

SUB – POKOK BAHASAN

DOSA DAN PENDERITAAN

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

1.   Peserta Bina Katekisasi mengetahui, bahwa perbuatan berdosa itu lahir dari hati dan pikiran yang tidak setia mengasihi serta tidak taat memberlakukan firman Tuhan.
2.   Peserta Bina Katekisasi mengerti, bahwa akibat pelanggarannya terhadap Firman Tuhan, maka ia akan mengalami penderitaan jasmani dan rohani.
3.   Peserta Bina Katekisasi memahami, bahwa ia dapat menikmati kebahagiaan, jikalau ia rajin dan tekun bersekutu (bergaul akrab) dengan Allah.
PENDAHULUAN

Acapkali kita mencari jawaban atas masalah penderitaan yang dialami, meskipun telah bekerja keras untuk melepaskan diri dan atau sekurang-kurangnya telah berusaha menghindarinya. Mengertikah anda, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Ip-Tek) bertujuan membangun kesejahteraan sosial bagi manusia dan alam semesta ? Ip-Tek telah banyak membantu manusia keluar dari penderitaan; akan tetapi bersamaan dengan kemajuannya, makin banyak persoalan yang tidak dapat terselesaikan tuntas. Lalu kita tiba pada sebuah kesimpulan sementara : Apakah ada kekeliruan pada peradaban yang dihasilkan, sehingga keadaan manusia yang menderita tidak berubah ?

SEJARAH KEBUDAYAAN DAN PERADABANSepanjang pertumbuhan dan perkembangan peradaban (sejak zaman Menara Babel -> Kej. 10: 1 – 9) kita menyaksikan, manusia telah berusaha semaksimalnya untuk mengatasi kesulitan hidup, namun sampai hari ini penderitaan tidak pernah tertuntaskan. Demikianpun globalisasi di bidang ekonomi belum mampu menjawab kebutuhan manusia. Malahan pesatnya globalisasi telah melumpuhkan beberapa fungsi kehidupan manusia yang paling subtansial. Persoalannya : bagaimanakah orang Kristen membijaki dan menyikapi persoalan kemanusiaan ini ?

KESAKSIAN ALKITAB TENTANG DOSA.


A.  Sumber Dosa.
1.  Dosa tidak berasal dari Allah. Ia bersumber dalamhati manusia (Yes. 29:13; bd. Yer.12:2; Mat. 13:15; Kis. 28:27 -> “Tuhan telah berfirman: ‘Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahalHati-nya jauh dari pada-Ku’; bd. Yer. 4:14 -> “Bersihkanlah Hati-mu dari kejahatan”; ). Jika kita menemukan istilah hati dalam tulisan-tulisan Alkitab, maka hal itu bukan bertujuan menunjuk pada organ biologis, melainkan pada kehidupan dalam atau bathin manusia (inner-life yang berhubungan dengan aktivitas emosionalfeelingperasaanintelektual / akalbudispiritual,mentalitas, motivasi, kesadaran, hati-nurani dan suara hati, keinginan nafsiah, pengenalan diri, dan lain-lain sejenisnya; bd. Luk. 6:45 –> “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari dalam hatinya yang baik, dan orang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, keluar dari hatinya”; lih. Jg. Yoh. 7:38).

2.    HATI MANUSIA CENDERUNG LICIK DAN BERPIKIRAN JAHAT.

2.1. HATI CENDERUNG LICIK (Aspek Afektif)

a). Nabi Yeremia (17:9-10) berpendapat, bahwa perilaku manusia yang jahat itu lahir dari hati. Katanya : “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hati-ya sudah membatu : siapakah yang dapat mengetahuinya ? Tuhan, yang menyelidiki hati, yang mengujibathin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan perbuatannya” (bd. Zak. 7:12 -> “Mereka membuat HATI mereka keras seperti batu amril…”).

b). Tuhan Yesus pun menyatakan demikian : “Kamu telah mendengar firman : Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu : Setiap orang yangmemandang perempuan danmenginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat. 5:27-28; bd. Mrk. 6:52). 

c). Paulus, rasul kepada bangsa-bangsa non-israeli, menuliskan : “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya ? Tidakkah engkau tahu bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan ? Tetapi oleh ketegaran hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka Allah atas dirimu sendiri…” -> Rom. 2:4-5). 

2.2. CENDERUNG  BERPIKIR JAHAT (Aspek Koqnitif).

         Alkitab memberi kesaksian, bahwa kejatuhan manusia ke dalam dosa disebabkan pikiran manusia jahat dan cenderung melawan Allah.   

a). Karena fasik memuji-muji keinginan hatinya, dan orang-orang loba mengutuki dan menista TUHAN. Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke  atas : “Allah tidak akan menuntut ! Tidak  ada  Allah !”, itulah seluruhpikirannya (Maz. 10:3-4). 

b). TUHAN memandang dari sorga kepada anak-anak manusia, untuk melihat apakah mereka berakalbudi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak (Maz. 14: 2 – 3).

c). Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata : “Mengapa kamumemikirkan hal-hal yang jahat dalam hatimu” (Mat. 9:4; bd. 16:3).

d).`Berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus : “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mrk. 8:33).

e). … aku berkata keada setiap orang di antara kamu. Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggidari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, menguasai diri menurut ukuran iman…” (Rom. 12:3).
    
2.3.  HATI DAN PIKIRAN YANG JAHAT MELAHIRKAN PERBUATAN BERDOSA

Hati dan akalbudi yang cenderung pada kejahatan akan mempengaruhi manusia, sehingga ia melakukan kejahatan. Rasul Paulus menuliskan : “Tidak ada yag benar, seorangpun tidak. Tidak ada yang berakalbudi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak !” (Rom. 3:10 -12 -> bd. Maz. 14:2 – 3 -> “TUHAN memandang dari sorga kepada anak-anak manusia, untuk melihat apakah mereka berakalbudi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak”). 

Bertolak dari kesaksian Alkitab (Maz. 14 : 2 – 3 -> “Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak”; bd. Rom. 3 : 10 – 12 -> “mereka semua tidak berguna”), kita dapat menarik kesimpulan, bahwa setelah manusia jatuh ke dalam dosa (Kej. 3), seluruh subtansi dan eksistensinya pun berdosa. Tidak ada pikiran dan tidak ada hati yang baik di dalamnya. Para penulis Alkitab tidak lagi menyoroti manusia sebagaimana Kejadian 1 – 2; akan tetapi pernyataan-pernyataan tentang pikiran (konisi) dan penghayatan (afeksi) yang jahat dan berdosa itu telah membuahkan perilaku ibadah yang menyimpang / menyeleweng dan melanggar kehendak Allah. 

3.  KEHENDAK BEBAS ( Free-will )

     Saya mengulangi kembali pernyataan ini :seluruh kesaksian Alkitab menyoroti keadaan manusia setelah kejatuhan ke dalam dosa (realitas / fenomena kehidupan sesudah kejatuhan). Para penulis Alkitab kurang memberikan informasi tentang keadaan manusiasebelum jatuh ke dalam dosa. Mereka bercerita tentang sebuah realitas yang pasti, yakni : fenomena kehidupan manusia berdosa yang menjalankan pekerjaan Allah (Missio Dei). 

     Di sinilah kita perlu mengerti pemahaman Ionanes Calvin (dan teologi Calvinis) yang bertolak dari pernyataan Raja Daud (Maz. 14 : 2 – 3) dan Rasul Paulus (Rom. 3 : 10 – 12) tentang kehendak bebas (free – will), bahwa kehendak bebas manusia pun ternodai dosa : “Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. … mereka semua tidak berguna”. 

4.   KETIDAK BERSALAHAN MANUSIA : Perihal Bencana Alam (Natural Disaster)

     Memang benar !, ada peristiwa / kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia berdosa, seperti : bencana alam (tsunami, gempa bumi). Kejadian seperti ini tidak dapat dihubungkan dengan dosa manusia. Ia merupakan peristiwa alami (natural disaster). Ia juga tidak dapat dikatakan sebagai hukuman Allah. Dengan kata lain, tsunami, gempa bumi dan hal-hal yang terkait dengan kejadian alam bukanlah sesuatu yang terjadi oleh ulah manusia berdosa. 

5.  KEBERDOSAAN MANUSIA : Perihal Banjir Melanda Kota

Banjir terjadi akibat dosa manusia. Perihal banjir yang melanda kota-kota besar dapat digolongkan ke dalam akibat dari dosa manusia. Mengapa ? Manusia berada lingkungan alam (ekosistem). Ia memiliki pengalaman : ada musim penghujan dan ada musim kemarau. Perubahan cuaca dan pergantian musim

1. Penataan Lingkungan Hidup Pekotaan. Ia pernah mengalami banjir dalam lingkungan hidup pekotaan. Ia mengtetahui, bahwa akibat pengembangan kota, maka penataan ruang drainase perlu dikembangkan, jika tidak  demikian, maka banjir akan mengancam kehidupannya. 

2.  Tanggungjawab Manusia (Kej. 2:15 -> “TUHANAllah menempatkan mnusia untuk memelihara dan mengusahakan taman itu”). TUHAN Allah memberi akalbudi, agar manusia menguasai dan menaklukkan alam (Kej. 1:28 -> … kuasailah dan taklukkanlah bumi). Oleh karena itu, pengolahan hasil bumi harus diikuti oleh penatalolaan fungsi alam secara baik dan benar. Jika tidak demikian, maka alam akan menjadi ancaman yang mematikan kehidupan manusia. Dan, hal itu merupakan tanggungjwab dari perbuatan manusia berdosa. 

Di sinilah kita perlu memahami ucapan Yesus : “Beritakanlah Injil kepada kepadasegala makluk” (Mrk. 16:15). Istilah “segala makhluk” mengandung makna luas mencakup sesama ciptaan, yakni : seluruh ciptaan Allah dalam ekosistem kehidupan. (Kej. 1 : 1 – 27).  Injil adalah kabar baik yang dianugerahkan Allah ke atas kehidupan seluruh ciptaan. Ketika jatuh ke dalam dosa, seluruh alam ciptaan pun mengalami akibat langsung maupun tidak langsung dari pikiran dan tindakan  manusia berdosa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mengakibatkan manusia tidak lagi mengerti dan memahami tujuan Allah membangun alam semesta, karena ia diusir dari taman (Kej. 3 : 22 – 24). Keadaan terasing dari Allah amat mempengaruhi pikiran manusia untuk merencanakan pengolahan (eksplorasi) sumber daya alam. 

Banjir yang terjadi dalam wilayah pekotaan adalah akibat dari : a). Ulah penduduk kota yang membuang sampah sembarangan; b). Pengolahan (Kej. 2:15 -> pengusahaan) hasil hutan tanpa melakukan konversi (usaha reboisasi) serta memberikan kesempatan kepada hutan dan membantunya berdaur ulang; c). Sistem pemerintahan yang terkait dengan fungsi penataan (perencanaan) kota kurang berjalan baik. Dalam kasus ini, banjir terjadi akibat dosa manusia dan dosa institusi pemerintah.

TUGAS – TUGAS UNTUK DIDISKUSIKAN

1.    Mengapa manusia menderita ?

2.    Apakah pndangan Alkitab tentang tsunami ?

3.    Bagaimanakah pandangan dan sikap anda sebagai warga kota, jika anda diserahi tanggungjawab dan wewenang untuk membangun lingkungan hidup ?